
Udah pernah ke Batu, Malang?
Pasti banyak yang udah, ya, berhubung sekarang ada makin banyak hal menarik di Batu, seperti misalnya udang. Karena hanya ada udang di balik Batu. Krik, krik, krik.
Sekarang ini, daya tarik utama Batu tentunya adalah segambreng tempat wisatanya, baik yang old school maupun new school. Yang old school misalnya Selecta dan berbagai titik agrowisata. Yang new school misalnya Jatim park 1, 2, 3, Museum Angkut, dan sebagainya.
Gue yakin pembaca sekalian udah paham soal tempat-tempat wisata Batu yang makin ke sini makin termahsyur tersebut, sehingga tujuan blogpost ini bukan mengulas tempat-tempat itu, kok. Bosen, ah.
Tujuan blogpost ini adalah membahas copywriting berbagai signage di Jatim Park. Seriyus.
Gue pertama kali ke Batu sekitar pertengahan tahun 2017 untuk kepentingan kerja. Dalam kunjungan perdana tersebut, gue sempet ekskursi ke Jatim Park 2. Berhubung waktu itu lagi hari kerja dan bukan pas musim libur, otomatis suasananya sepi banget. Gue pun santai karena nggak ngangon anak. Alhasil, gue jadi bisa memperhatikan bahwa ternyata signage-signage di Jatim Park 2, tuh, ehem... yunik banget. Sayang, nggak sempat gue dokumentasiin.
Di akhir tahun 2017 kemarin, gue liburan keluarga ke Batu lagi, tapi lagi-lagi nggak sempat mendokumentasikan signage-signage-nya dengan lengkap karena keburu riweuh sama anak dan bergulat dengan crowd akhir tahun yang wassalam aja, deh. Akhirnya gue coba potret seadanya aja, tapi semoga dengan prinsip totem pro parte: semoga dengan sepenggal dokumentasi sederhana ini, para pembaca bisa ngebayangin ke-yunik-an signage Jatim Park secara keseluruhan.
Mari kita telaah bersama!

Waktu masih sekolah, si penulis signage ini pasti bolos kelas Bahasa Indonesia pas lagi bahas materi logika berkalimat, karena apa korelasi “sifat misterius” dengan dunia farmasi, hooooy!

Adakah yang bisa menjawab pertanyaan nomor 1 di spanduk ini? Berapa banyak brown bear bisa mengeluarkan konteks yang berbeda? Apakah beruang ini sebenarnya Socrates yang harus kita telaah secara kontekstual?

“Singa tidak berani makan manusia pada bulan purnama.” Mmmm, baiqlah. Kok gue merasa harusnya sebuah bonbin ngasih keterangan lanjutan dari fakta yang berbau klenik ini, ya. Nggak membiarkannya jadi “fakta” menggantung. No explanations? Baiq.

*rutin sarapan sebongkah mentega* *seminggu kemudian mokat serangan jantung*

Pertama, perhatikan namanya. Name: Dinosaur Egg, Name means: Dinosaur Egg. Wah, ilmu baru yang sangat berfaedah!
Kedua, zoom dikit gambar ini, trus perhatikan kalimat-kalimatnya. “Dinosaur egg was very precious fossils… large amounts of length to diameter of more than 50 centimeters… our country is the dinosaur egg fossil buried is unusually rich country in the world.”
NGOMONG APA, SIH MALEEEH? :))) Wahai sang copywriter, percuma mak lu dulu mahal-mahal bayarin les di LIA.

Mereka bertiga adalah teman sejak awal masuk sekolah, tetapi karena yang paling kiri malas belajar dan berusaha, maka hanya dua anak yang akhirnya jadi orang (krik... krik...)
Yunik-yunik, yaaa. Hahahaha. Kalau kata temen gue yang kerja di kawasan hiburan Ancol, “Gile Mbak, kalo ini kejadian di Dufan, kita udah ditelen direksi dan netijen.”
Jadi penasaran nggak sih, ada apa dengan quality control Jatim Park? Atau jangan-jangan ini semua sengaja, karena ternyata orang-orang Jatim Park pada humoris sarkas level atas? Jangan-jangan, ya.
Jadi penasaran nggak sih, ada apa dengan quality control Jatim Park? Atau jangan-jangan ini semua sengaja, karena ternyata orang-orang Jatim Park pada humoris sarkas level atas? Jangan-jangan, ya.
***
Anyway, here’s a super quick review about Jatim Park (lho, tadi katanya nggak mau mengulas? YA UDAH SIK)
Gue belum pernah ke Jatim Park 1. Ke Jatim Park 2 sudah dua kali, dan ke Jatim Park 3 baru sekali.
Dari hasil pengamatan gue, Jatim Park 1 dan 2 (termasuk Batu Secret Zoo) sebenarnya udah oke. Apalagi ditambah Museum Angkut dan Batu Night Spectacular di luar kawasan Jatim Park tersebut. Cukup dengan tempat-tempat itu, sebenarnya Batu sudah oke banget jadi kota wisata utama di Jawa Timur.
Harusnya para pengelola fokus aja me-maintain Jatim Park 1 dan 2—tempatnya dijaga agar selalu bersih dan rapih, binatang-binatangnya dirawat sebaik mungkin, desainnya diperbaiki, live entertainment-nya diperbagus, kualitas F&B-nya diperbaiki, de el el. Banyak, deh, hal yang bisa dilakukan.
Sayangnya, para pengelola Jatim Park serakah (enaaaak aja gue nuduh orang…), lalu membangun Jatim Park 3.
Alhasil, bagi gue, Jatim Park 3 terasa maksa dan very poorly designed. Bagi yang belum tahu Jatim Park 3 isinya kekmana, Googling sendiri, ya.
Intinya, Jatim Park 3 adalah sebuah taman hiburan yang mengusung tema besar dinosaurus. Simpel, ya? Harusnya. Sayangnya, secara keseluruhan, eksekusi Jatim Park kerasa maksa. Bukan cuma eksekusi desainnya, tetapi juga atraksinya, flow pengunjungnya, dan sebagainya. Apalagi sepengamatan gue kemarin, atraksi di Jatim Park 3 cuma secuil, tapi spot selfie-nya ada seribu #selfieataumati.
Hati gue mangkel, lho, sepanjang jalan-jalan di Jatim Park 3. Okelah, robot-robot dinosaurusnya bagus dan fasilitasnya lengkap. Teknologinya juga lumayan. Tapi alur pengunjung Jatim Park 3 terasa kacau, layout-nya bikin pusing, dan konsepnya nggak masuk logika. Pulang-pulang, gue pengen tenggak parem kocok saking puyengnya.
Gue belum pernah ke Jatim Park 1. Ke Jatim Park 2 sudah dua kali, dan ke Jatim Park 3 baru sekali.
Dari hasil pengamatan gue, Jatim Park 1 dan 2 (termasuk Batu Secret Zoo) sebenarnya udah oke. Apalagi ditambah Museum Angkut dan Batu Night Spectacular di luar kawasan Jatim Park tersebut. Cukup dengan tempat-tempat itu, sebenarnya Batu sudah oke banget jadi kota wisata utama di Jawa Timur.
Harusnya para pengelola fokus aja me-maintain Jatim Park 1 dan 2—tempatnya dijaga agar selalu bersih dan rapih, binatang-binatangnya dirawat sebaik mungkin, desainnya diperbaiki, live entertainment-nya diperbagus, kualitas F&B-nya diperbaiki, de el el. Banyak, deh, hal yang bisa dilakukan.
Sayangnya, para pengelola Jatim Park serakah (enaaaak aja gue nuduh orang…), lalu membangun Jatim Park 3.
Alhasil, bagi gue, Jatim Park 3 terasa maksa dan very poorly designed. Bagi yang belum tahu Jatim Park 3 isinya kekmana, Googling sendiri, ya.
Intinya, Jatim Park 3 adalah sebuah taman hiburan yang mengusung tema besar dinosaurus. Simpel, ya? Harusnya. Sayangnya, secara keseluruhan, eksekusi Jatim Park kerasa maksa. Bukan cuma eksekusi desainnya, tetapi juga atraksinya, flow pengunjungnya, dan sebagainya. Apalagi sepengamatan gue kemarin, atraksi di Jatim Park 3 cuma secuil, tapi spot selfie-nya ada seribu #selfieataumati.
Hati gue mangkel, lho, sepanjang jalan-jalan di Jatim Park 3. Okelah, robot-robot dinosaurusnya bagus dan fasilitasnya lengkap. Teknologinya juga lumayan. Tapi alur pengunjung Jatim Park 3 terasa kacau, layout-nya bikin pusing, dan konsepnya nggak masuk logika. Pulang-pulang, gue pengen tenggak parem kocok saking puyengnya.

Ini adalah bukti bahwa desain—dan storytelling yang kuat—penting dalam membangun tempat wisata.
Gue yakin niat pengembang Jatim Park tentunya standar aja: bikin tempat wisata sebesar dan sebombastis mungkin, demi meraup pendatang sebanyak-banyaknya. Semua pengusaha pariwisata pasti maunya gitu, dong?
Tapi saking kepengennya jadi bombastis, maka menurut gue desain, konsep, dan detil Jatim Park jadi nggak karuan. Okelah, karena Indonesia punya subkultur yang alay-alay seru, gue memaafkan tempat wisata yang masih majang tokoh Tweety Bird berwarna biru atau Miki Mos yang hidungnya mencong. Seru, malah. Tapi ekspektasi gue, elemen KW-KW-an kayak gitu adanya di tempat wisata jadul dan nggak punya design control. Misalnya, kalau di depan Ragunan atau Kawah Putih masih ada badut Miki Mos moncong mencong, ya dimaafin, lah.
Tapi Jatim Park ‘kan kawasan baru, ya. Sayang, dong, kalau desain dia ngasal banget. Jangan-jangan begini cuplikan percakapan dalam rapat desain mereka:
CEO: “Pokoknya saya mau ada elemen-elemen yang populer aja buat anak-anak! Yang seru!”Kontraktor: “Say no more.”
Maka muncul lah mural Winnie the Pooh lagi main bareng Ipin Upin di dekat kandang beruang Batu Secret Zoo. Penampakannya masih kawe, pula.
Dan gue nggak setuju, lho, kalau ada yang berargumen, “Yang penting rakyat hepi, lah. Secara umum, warga Indonesia nggak paham atau peduli sama orisinalitas, desain yang berkelas, apalagi copyright infringement. Pokoknya selfie! Hidup selfie!”
Jangan, lah. Kasian rakyat kita terus-terusan dicekoki visual yang nggak ramah di mata dan nggak adem di batin, sampai akhirnya selera mereka terbentuk jadi alay. Begituuu terus dari generasi ke generasi. Kalau kita punya kapasitas untuk kasih desain tempat umum yang berkelas, kasih aja lah. Perbaikilah selera rakyat.
Bukannya gue elitis, ya. Selera receh anak bangsa perlu dipertahankan, tapi jangan ngasal banget, deh, kalau mendesain sesuatu.
Bukannya gue elitis, ya. Selera receh anak bangsa perlu dipertahankan, tapi jangan ngasal banget, deh, kalau mendesain sesuatu.

Menemukan kaos bombastis ini di souvenir shop Jatim Park 3. Ini dia nih, kaos subkultur yang sebenar-benarnya. Kalau aja bahannya nggak "plastik" dan gerah banget, udah pasti gue beli.
Gue sendiri pernah kerja di bidang pariwisata, dan harus gue akui bahwa bapak-bapak CEO kadang nggak paham—atau nggak mau memahami—ilmu estetika. Mereka nggak paham bahwa kadang less is more, dan overstimulating pengunjung itu tida’ baiq. Mereka cuma pengen tempat wisatanya atraktif, mencuri perhatian, dan… ada banyak spot selfie / foto-fotonya. Spot selfie adalah koentji. Selfie atau mati. Mati aja deh, sekalian.
Kalau gue adalah desainer, entah gue bakal nangis atau ngakak ngeliat atrium utama Jatim Park 3, yang centerpiece-nya adalah air mancur dengan patung ogre Warcraft lagi mau tempur sama karakter-karakter DC/Marvel. Nyambung nggak, logis juga nggak. Bebasin!

***
Akhir kata, mungkin komen gue agak sadis untuk Jatim Park, khususnya Jatim Park 3. Mu’uph ea, gimanapun juga gue adalah seorang amusement park enthusiast rewel (YANG TIDAK PERNAH MENG-UPDATE KISAH KE WALT DISNEY WORLDNYA!), dan ingin industri pariwisata Indonesia terus maju. Maka terimalah secuil masukanku, yah, Jatim Park.
Dan bagi yang berniat main ke Batu, jangan jadi males mengunjungi Jatim Park 1, 2, atau bahkan 3, ya. Akan jadi pengalaman baru, deh, main ke taman hiburan yang bentukannya absurd. Jangan-jangan lo nanti malah suka!
Dan bagi yang berniat main ke Batu, jangan jadi males mengunjungi Jatim Park 1, 2, atau bahkan 3, ya. Akan jadi pengalaman baru, deh, main ke taman hiburan yang bentukannya absurd. Jangan-jangan lo nanti malah suka!