Quantcast
Channel: let the beast in!
Viewing all articles
Browse latest Browse all 142

Tips-Tips Terbang Jarak Jauh

$
0
0


Baru-baru ini, Cup of Jo nulis kumpulan tips cara-cara supaya kita bisa nyaman di dalam pesawat. Sebagai penggemar Cup of Jo sekaligus semi-travel-snob, tentu saja akoh langsung latah dan pengen ikutan!

Buat gue, saat bepergian—khususnya ke luar negeri, apalagi luar angkasa—kenyamanan dalam pesawatnya, tuh, penting. Espescially plane cabins aren’t the healthiest place in the world. Kalo dipikir-pikir, udara di dalam pesawat ‘kan nggak tersirkulasi dengan baik. Udaranya muter disitu-situ aja. Jadi selama sekian belas jam terbang, lo bakal menghirup batuk, bersin, dan kentutnya orang-orang dalam kabin.

Enel uga, ya. Hoeeek.

Maka berikut adalah tips-tips pribadi gue untuk menjaga kenyamanan di long-haul flight. Catet, long-haul flight alias penerbangan jarak jauh—sekitar 6 jam ke atas—ya, yang tentunya lebih menyiksa daripada short-haul flight.

Tips Perkakikan:

* Bawa slippers atau sendal rumahan. Gue selalu buka sepatu saat terbang, karena emang lebih nyaman, aja. Lagian, kalo perjalanannya jauh banget, kaki kita biasanya bakal bengkak. Soalnya ‘kan kita duduk diam berjam-jam sehingga aliran darah nggak lancar, trus darahnya ngumpul semua di kaki. Kalau sepatu dipake terus, bisa robek lah itu sepatu! *lebay* *ente kata Hulk?*

Nah, sebagai ganti sepatu, kita bisa pake slippers atau sendal rumahan, untuk dipake selama penerbangan. Rempong ‘kan, kalo harus bolak-balik buka-pasang sepatu untuk ke toilet, misalnya.

* Compression socks—yay or nay? Compression socks adalah kaos kaki khusus untuk mencegah kram. Akibat tekanan udara, kram kaki emang sering terjadi di penerbangan, khususnya bagi ibu hamil. Tapi gue sendiri nggak pernah ngalamin kram kaki, bahkan saat terbang ke Jepang pas hamil 6 bulan. Tergantung bawaan kram masing-masing orang, sih, tapi bagi gue, compression socks nggak kepake.

* Sebaliknya, gue selalu pengen—tapi belum pernah kesampaian—bawa inflatable travel footrest alias pengganjal kaki portabel. Bentuknya kayak sebongkah kotak biasa—tapi berbahan karet dan inflatable, jadi bisa dikempesin kayak ban berenang—untuk ditaro di lantai pesawat, di bawah kaki kita.

Kayaknya benda ini bakal sangat berguna bagi kaum-kaum kuntet macam gue, yang kalau duduk di kursi pesawat, kakinya nggak nyampe lantai. Duduk dengan posisi kaki ngatung gitu pegel banget, yu naw! Akibatnya, kalau di pesawat, selalu naikin kaki gue ke kursi, bak abang-abang.


Tips Kesehatan:

* Drink many, many, many water.Sampe beser, beser, deh. Soalnya selain mencegah dehidrasi, ternyata air juga lumayan efektif mengurangi efek jetlag.

Tips Kecantikan:

* Sewaktu kecil, memori gue tentang kabin pesawat pada penerbangan jarak jauh adalah suhunya yang dingin menusuk dan kering. Sampe bisa bikin kulit lecet dan idung mimisan saking keringnya. Pokoknya nggak enak banget, deh.

Dulu, kondisi kabin pesawat umumnya memang begitu. Tapi sekarang ini, suhu dan kelembaban dalam kabin pesawat udah oke dan nyaman banget, kok, sehingga kita nggak perlu lebay. Misalnya, nggak perlu pake pelembab tiga lapis. Nggak perlu juga pake sweater atau jaket super tebel. Niscaya nanti malah kegerahan sendiri.

* Bawa face spray, semacam face spray Evian atau Avene, gitu. Kalo mau berasa lebih mewah, bawa face mist yang ada sedikit aromanya, seperti dari Jurlique atau Blue Stone Ubud ini.

Bokek? Pelit? Isi botol spray kosong dengan air mineral, tambahin sedikit essential oils, and there you have your own cheap version (soalnya kalo kata Caroline Hirons, face spray sebenernya penipuan konsumen. Aer doang kok mahal!)

Setiap lo merasa suntuk, nggak seger, atau kering banget mukanya, just spray it to your face! Enak dan seger banget, deh, rasanya. Tapi kalo lo merasa muka lo jelek, spray seember juga nggak bakal nolong, sih. Coba berwudhu, mungkin?

* Absolutely no makeup. For me, not even a mascara or concealer. Kalo jadi merasa krisis pede, bawa cengdem segede topeng aja kali, yaaa.

* Kalo pengen pamper yourselves di pesawat dengan praktis, bawa sheet masks, deh, alias masker wajah yang bentuknya kayak lembaran tissue gitu. Pake setiap beberapa jam sekali, supaya muka terasa seger plus kenyal-kenyal lembab. Sheet mask-nya nggak perlu mahal, kok. Sebelum berangkat ke Eropa kemaren, gue borong sheet masks Korea-Koreaan murah meriah di Watson buat bekal perjalanan, and it's just as nice.

* Jangan sampe bau badan, tapi nggak perlu pake parfum juga. Di dalam kabin pesawat, sirkulasi udara ‘kan terbatas, jadi parfum sehalus apapun bakal tercium dengan kuat. Lagian, selera parfum kita belum tentu cocok di hidung penumpang sebelah. Wewangian yang menurut kita asik banget baunya, bisa bikin penumpang lain muntah *pengalaman pribadi*. Jadi coba, mz, Axe-nya disimpen dulu, mz… Yang penting pake deodoran dan jangan sampe bau badan, yaaa.

* Kalo pengen ada wangi-wangi nempel sedikiiit aja di badan, why not use essential oils? Selain wanginya lebih alami dan subtle, essential oils‘kan juga punya khasiat ekstra, ya.

Terserah, sih, mau pilih essential oils apa. Gue sendiri bukan pakarnya dan nggak punya rekomendasi essential oil (tapi gue pernah bawa ini). Yang penting, sih, kita paham khasiat dan efek samping masing-masing essential oils. Misalnya, kalo mau rileks dan bisa tidur di pesawat, coba pake essential oil Lavender.

* Baidevei, kalau kepengen bawa lebih dari satu jenis essential oils tapi nggak mau repot, coba bikin campuran essential oils sendiri, deh. Caranya, siapkan sebuah botol kaca kecil (lebih bagus lagi kalo aplikatornya berupa roll on), isi dengan virgincoconut oil atau olive oil, lalu tambahkan beberapa tetes essential oils pilihan kita. Misalnya, Lavender dengan Peppermint (lagi-lagi, pastikan dulu khasiat dan efek samping masing-masing oil). Pastikan botolnya nggak akan bocor. Kalo perlu, masukkin ke dalam plastik kecil dulu, kayak plastik saos gitu. Trus, simpen dalam pouch, deh.

* Bawa sabun cuci muka, sikat gigi, odol, dan obat kumur. Jangan males sikat gigi sehabis makan, ya. Meski udah terbang selama 10 jam, brushing your teeth will make you feel like a million dollars.


Tips Kenyamanan:

* Bawa bantal leher, enough said. Gue pernah mau berangkat terbang long-haul, udah check-in di bandara, eeeh, trus baru inget bahwa bantal leher ketinggalan! Tapi gue juga terlalu pelit untuk beli yang baru di bandara.

Hampir gue nge-Gojek-in si bantal dari rumah ke bandara, sebelum akhirnya sopir nyokap nganterin. It made me feel like a truly spoiled brat, tapi sumpah, leher gue bisa copot kalo harus bertahan tidur duduk belasan jam tanpa leher bantal. Enggak, bantal dari pesawat nggak cukup!

* Kalo mau lebih niat, bawa penutup mata. Bagi gue, sebenernya penutup mata nggak esensial bagi kenyamanan, tapi penutup mata bisa “memaksa” kita untuk tidur di pesawat. Sometimes we can’t sleep during flight, tapi sebenernya tidur cukup selama perjalanan itu penting.

* Dress as comfortable as possible. As possible! Kalo urat malu gue udah bener-bener putus, sebenernya gue akan dengan senang hati terbang long-haul pake piyama, I swear to God. Tapi urat malu gue masih ada (cuma udah tipis ajaaa...), maka “kostum wajib” gue untuk penerbangan jarak jauh adalah celana training dan sweater yang super nyaman.

*No bra. My boobs barely exist, jadi kalau terbang jarak jauh, gue palingan hanya pake singlet atau mini-set bak bocah kelas 6 SD. Udah cukup ketutup, kok (kasiaaan). If you want to wear bra, coba pake yang senyaman mungkin, dan jangan yang berkawat, sih.

* Jilbabers, plis banget pake jilbab yang senyaman dan seinstan mungkin


Tips Hiburan:

* Gue nggak pernah merasa perlu nge-download film ke handphone atau tablet untuk hiburan di pesawat—seperti yang dilakukan oleh beberapa orang—karena in-flight entertainment penerbangan jarak jauh jaman sekarang mah udah kece-kece, ya. Pilihan filmnya bagus dan beragam.

* Tapiii, gue suka nge-downloadaudio book atau podcast yang seru-seru ke handphone, untuk kalo lagi males baca tapi pengen ngedengerin dongeng ((ngedengerin dongeng)). Audio book ada, kok, di in-flight entertainment penerbangan jarak jauh, tapi pilihannya suka kurang oke.

* Sebenernya gue lebih suka baca majalah daripada buku di pesawat. Masalahnya, gue nggak suka ngoleksi majalah yang udah pernah dibaca. Jadi kalo gue beli majalah untuk di pesawat, biasanya bakal gue buang / tinggalin pas sampe di tempat tujuan, karena cuma sekali baca. Mubazir, yes?

Jadi, untuk perjalanan jarak jauh, gue biasanya bawa satu novel, dan maksimal dua majalah. Majalahnya pun harus yang ringan secara fisik, seperti TIME, Newsweek, People, GoGirl, tabloid Lampu Merah. Selamat tinggal Vogue. Kamu bikin aku encok aja.

* I do not read e-book.

* Ini adalah tips gue yang terakhir, tapi entah kenapa, paling penting—hati-hati dengan apa yang lo tonton atau baca di pesawat.

Jadi gini. Dari dulu, gue selalu mikir bahwa gue sering salah bawa buku untuk di pesawat. Soalnya gue sering banget baca buku di penerbangan, trus galau sampai akhirnya nangis tersedu-sedu.

Yah, buku-buku pilihan gue emang selalu dramatis dan cari gara-gara, sih, seperti Slumdog Millionaire dan The Namesake. Tapi harusnya nggak sampe bikin nangis lebay, ah!

Dua buku yang paling berkesan bagi gue adalah dua novelnya Amy Tan, yaitu The Joy Luck Club dan Kitchen God’s Wife. Dua buku itu ‘kan bercerita tentang hubungan anak-ibu—a topic that touches me very deeply—dengan sangat dramatis, jadi pas baca dua novel itu di pesawat, gue nangis meraung-raung. Sampe harus ngebekep mulut sendiri!

Sejak itu, gue bersumpah bahwa gue cuma mau baca novel genre horor atau misteri ke pesawat.

Anyways, selama ini, gue kira pilihan-pilihan buku gue memang salah. TAPI TERNYATA, penelitian memang membuktikan bahwa emosi kita jadi lebih intens saat lagi terbang! Amazing, ya? Pas gue baca artikel tentang penelitian ini, gue sampe jerit-jerit, “Ya ampun! YA AMPUN!”. Ternyata, emosi semua orang memang meningkat saat lagi terbang, bukan cuma karena gue salah pilih buku.

Pantesan, saat terbang jarak pendek pun, gue bisa sedih. Baca in-flight magazine Air Asia aja gue pernah sedih, karena beberapa artikelnya mengingatkan gue kepada memori masa lalu yang nggak enak. Padahal kalo lagi nggak terbang, sih, memori-memori nggak enak itu nggak pernah keinget.

For me, every emotional memories seem to rise up during flight, especially long-hauls. Untung di pesawat susah nelpon. Kalo gampang nelpon, mungkin gue udah nelponin orangtua, para mantan sampe para musuh, trus nangis-nangis minta-minta maaf bak mau meninggal.

***

Another amazing flying fact:ternyata lidah kita juga jadi agak mati rasa kalau lagi terbang. Di udara, kemampuan kita merasakan asin dan manis turun sampe 35%. Itulah kenapa makanan pesawat sering terasa nggak enak. Wowza!

Yet another amazing flying fact: katanya air keran di pesawat banyak bakterinya! Ewww. Disarankan sikat gigi dan cuci muka pake air botol aja, ceunah. Rempong ya, seus. Dengan air berbakteri dan udara kabin yang nggak tersirkulasi, pantesan kita suka sakit abis travelling. Ternyata bukan (cuma) karena kecapekan pas jalan-jalan. Huft.

Kalo tips kamu apa? :D


Viewing all articles
Browse latest Browse all 142