Eeeh, si mpok nge-blog lagi! Iya, nih. Disempet-sempetin, lah, di sela-sela berbagai kegiatan (yang sebenernya jarang ada yang penting itu).
Sebenernya ada banyak banget hal yang kepengen gue share di blog. Tapi karena sel otak udah keburu tergerus oleh pekerjaan-pekerjaan lain, maka kali ini gue akan nge-blog tentang hal yang shantay namun spesifik, yaituuu… apalagi kalo bukan dens, dens, dens!
Emangnya
masih suka nge-dance, La? Alhamdulillah, masih. Nggak keliatan tambah jago, ya? *lalu nangis di bawa
shower*
Walaupun gue nggak akan bisa jadi penari profesional, gue bersyukur bahwa gue punya hobi yang konsisten. Banyak, lho, orang yang sampe sekarang nggak tau hobinya apaan. Kalo nulis biodata ‘kan jadi bingung. Masa’ nulis filateli? Kurang kekinian, ya.
Anyway, banyak orang yang nanya-nanya ke gue soal dance classes. Misalnya, “Gimana, sih, caranya untuk ikutan belajar dance?” “Lo les di mana?” “Susah nggak?” Dan sebagainya
Maka kali ini, gue akan coba jabarkan tentang Les Nge-Dance 101. At least, berdasarkan pengalaman gue yang minimalis ini.
Cupcakes, krunya Girin Jang dari Korea
***
Oya, cerita dikit latar belakang gue, ya. Dulu waktu SMA, gue tergabung dalam ekstrakurikuler dance di sekolah. Trus, selama kuliah sampai lulus, gue nggak nge-dance sama sekali. Sekitar taun 2007, gue ikut les jazz ballet selama 2-3 taun. Trus, vakum lagi. Terakhir, gue mulai ikut dance classes lagi sejak awal 2014 sampe sekarang.
Minat utama gue ada pada hiphop. Centil-centilan ala K-pop atau Ladies Style masih oke. Dancehall reggaeton juga bisa, lah. Ikut kelas jazz dance pun masih mau, walau agak kagok. Pada dasarnya, gue suka jenis tarian yang dinamis, nggak statis, apalagi mistis *tari kesurupan*
My biggest enemies are ballet, contemporary, and lyrical. Bukannya nggak suka, tapi biarpun udah dicoba setengah mati, nggak bisa-bisa!
Begitcu.
Oke, yuk, mari kita mulai tanya jawabnya. Regu A dan Regu B siap?
Semua orang bisa nari nggak sih, Kak?
Kalo lo nanya gue, jawabannya NGGAK. Nggak semua orang bisa nari. Ini adalah fakta keji yang harus gue jabarkan di awal.
SEMUA sekolah dan guru nari di dunia akan bilang ke elo bahwa everybody can dance. Yes, everybody! Tapi menurut gue, itu nggak sepenuhnya bener.
Berdasarkan pengamatan gue, ada dua tipe orang yang “dianggap” nggak bisa nari.
Pertama, orang yang bener-bener nggak bisa nari.
Ada, lho, orang yang geleng kepala aja nggak enak diliat. Nah, orang kayak begini nggak akan bisa keliatan enak saat nari, meskipun dia les setiap hari. It’s just the way his or her body moves. Kita ‘kan dilahirkan dengan gestur, keluwesan, serta body language yang berbeda-beda, dan nggak semua orang bisa “membawa” badannya untuk nari dengan enak.
Apalagi kalo belajar narinya pas udah tua, bukan dari kecil. Susah. Gesturnya udah saklek.
Semua orang BISA mempelajari teknik menari. Semua orang BISA ngapalin koreografi. Semua orang BISA belajar numbuhin pede. Tapi nggak semua orang bisa nari dengan enak.
Sama kayak gue yang nggak bisa nyanyi. Gue BISA melatih kuping gue jadi peka dengan nada. Gue BISA belajar not. Gue bisa belajar segala teori musik. Tapi apakah gue akan bisa nyanyi dengan vibra? Dengan soul? Never.
So, does everybody REALLY can dance? Menurut gue enggak. Terutama yang baru belajar nari pas udah gede gini, ya.
Kedua, orang yang sebenernya bisa nari, tapi salah genre.
Gue punya temen di kelas hiphop gue. Walaupun dia udah bertaun-taun ikut dance class, nari hiphopnya nggak bagus-bagus. Kurang enak diliat, gitu. Eeeh, pas dia belajar tarian kontemporer dan tradisional, hasilnya malah lebih kece!
Tuh, berarti dia “salah” genre.
Contoh lainnya adalah gue sendiri. Mau diapain juga, gue nggak akan bisa asik membawakan tarian kontemporer atau lirikal. I’ve tried it several times, dan gue nggak pernah bisa menemukan “celah” untuk menikmati tarian kontemporer. Jadinya keliatan maksa.
Jadi kalo lo punya minat terhadap tari dan memang merasa bisa nari, find your specialty first. Kalo udah cukup lancar, baru, deh, coba-coba ikut kelas tari jenis lain, untuk memperluas skill dan wawasan.
Kru Heavybuckstylez dari Surabaya
Gimana, sih, caranya nyari specialty?
Mau nggak mau, harus dengan nyobain sebanyak-banyaknya jenis tarian. Trus perhatikan, badan lo paling “asik” membawakan jenis tarian apa. Balet? Tradisional? Dancehall? Tari hujan?
Oya, menurut gue, kepribadian kita ikut menentukan specialty tari kita, lho. Misalnya, deep down, gue adalah pribadi yang keras, dinamis, emosional, “meledak-ledak”, dan senang keteraturan. Jadi gue merasa cocok dengan hiphop dan genre tarian apapun yang beat-nya jelas (contoh yang kurang jelas: lirikal. Ciyeee, yang masih sentimen...).
Sebaliknya, gue punya temen yang kerpibadiannya halus dan feminin. Dia BISA nari hiphop, tapi jauuuh lebih cantik menarikan jazz ballet.
Kalo gue nggak bisa nari sama sekali—ibarat kata, geleng kepala aja jelek diliat—gue nggak usah ikut kelas sama sekali aja, ya?
Kalo lo emang suka dengan dunia tari, kenapa enggak? Seriously, ikut aja.
Banyak banget orang yang takut masuk kelas dance karena satu faktor utama—TAKUT. Takut keliatan bego and make a fool out of him/herself.
Yah, mungkin mereka-mereka itu kebanyakan nonton video dance classes di Youtube, yang semua penarinya tampak sempurna.
Well, guess what? Menurut gue, video Youtube dance classes itu pembohongan publik! *gebrak meja* Terutama video dance classes para koreografer terkenal di Amerika. Kenapa? Soalnya isinya dancer profesional semua! Real classes aren’t supposed to look like that. Real dance class seharusnya terisi dengan beragam penari, termasuk yang masih culun dan bego. Nggak hanya para profesional.
Pada realitanya, di SEMUA dance classes yang pernah gue ikuti, ada banyak murid yang nggak bisa nari. Ada yang bener-bener parah nggak bisa nari sama sekali, ada yang sebenernya punya bakat tapi harus dipoles lagi, ada yang udah lumayan jago. So, don’t trust Youtube dance classes!
Kembali ke pertanyaan utama poin ini—kalo nggak bisa nari sama sekali, apa nggak usah ikut kelas aja?
Kalo lo emang suka ikut dunia tari, by all means, ikut aja. Ada banyak orang yang nggak bisa nari samsek, tapi tetep cuek rutin ikut dance classes.
Mereka-mereka itu mungkin akan susah catch-up dengan teman-temannya yang lebih jago. Mungkin mereka nggak pernah ditaro di posisi depan saat manggung. Mungkin, seperti gue, mereka nggak akan pernah jadi profesional. Tapi sepengamatan gue, THEY ALWAYS HAVE FUN.
Jadi, NGGAK semua orang bisa nari, tapi SEMUA orang boleh banget ikut kelas nari. Just lower your expectation, jangan malu melulu, dan have fun, ya!
Jesicca Janess dari kru Hola Ladies dan United Dance Works
Oke, deh. Gue mau ikut kelas dance, Kak! What should I do next?
Pertama, cek sekolah-sekolah dance yang ada di kota lo, lalu shortlist sekolah-sekolah yang menurut lo oke secara jarak dan biaya.
Kedua, pelajari baik-baik sekolah-sekolah dance tersebut. Dalam seminggu, kelasnya ada berapa? Gurunya siapa? Specialty-nya apa? FYI, meskipun sebuah sekolah dance mengajarkan berbagai macam kelas (balet, hiphop, jazz, tradisional, dll), biasanya setiap sekolah punya specialty masing-masing.
Biasanya, sih, specialty sebuah sekolah ngikut specialtyfounder-nya. Misalnya, founder Gigi Art of Dance adalah penari kontemporer, gehingga kelas-kelas kontemporernya Gigi Art of Dance memang oke banget. Trus, meskipun Namarina Dance Academy punya kelas jazz dan hiphop, mereka utamanya adalah sekolah balet, and they will always be that.
Ada juga sekolah dance yang spesifik, hanya mengajarkan satu genre, contohnya P7 di Pintu 7 GBK Senayan. Mereka cuma mengajarkan hiphop, dan karena sekolah dance ini juga berawal dari sebuah kru hiphop.
Ketiga, CARI TAHU SIAPA GURU-GURUNYA.
Tulang punggung dari sebuah sekolah tari adalah guru-gurunya. It will seriously make or break a dance school. Menurut gue, sekolah tari yang manajemennya buruk, masih akan kebantu kalo guru-gurunya bagus. Jadi bagi gue, guru adalah pertimbangan utama gue dalam memilih les tari. Bukan fasilitas dan sebagainya.
Kebanyakan guru tari adalah penari profesional, tapi jarang ada yang punya latar belakang pendidikan / ilmu mengajar. Jadi mereka belajar ngajar dengan otodidak aja.
Gaya mengajar setiap guru tari berbeda-beda. Ada yang sabaaaaaaar banget, ada yang nggak sabaran. Ada yang komunikatif dan detail, ada yang cuma ngajarin koreografi seadanya, trus bhay, nggak peduli murid-muridnya udah paham atau belum.
Miss Ufa, salah satu guru gue sekarang
Nggak semua guru ngajarnya enak. Tapi, menurut gue, guru terburuk adalah guru yang nggak “ngeliat” level murid-murid di kelasnya.
Misalnya, si A ngajar kelas hiphop level pemula. Ceritanya, ini kelas baru, sehingga dia nggak tau kemampuan murid-muridnya kayak apa.
Ketika pemanasan, si A harusnya udah bisa ngeliat, kemampuan murid-muridnya segimana. Kalo pas stretching dan latian bouncing aja murid-muridnya pada keliatan sengkle’ semua, berarti mereka masih pada pemula banget. Kalo stretching-nya udah enak diliat, berarti udah pada lumayan jago, lah.
Let’s say, murid-murid kelas ini masih pada pemula banget, ya. Eeeh, tapi begitu si A ngajar, dia langsung hajar ngasih koreografi yang keren, tapi KEREN BAGI DIA DOANG. Sementara para murid ngikutinnya pada megap-megap, karena nggak sanggup.
Nah, kalo lo dapet guru yang kayak gitu, mending tinggalin aja. Guru dance yang nggak menyesuaikan materi kelas dengan level murid-muridnya adalah guru yang—maaf, nih—egois. Dia cuma mau bikin koreo yang keren di badan dia aja, tapi susah diikuti dan diserap murid-muridnya.
Seorang guru harusnya nggak hanya mentransfer ilmu, tapi juga make the students feel good about themselves.
Gue pribadi juga lebih suka kelas tari yang juga melatih teknik menari, sesuai genre kelas tersebut. Jadi si guru nggak hanya mentransfer koreografi ke murid-muridnya.
Dedek-dedek dari o2 Dance School, BSD, Tangerang Selatan
Tapi gimana caranya kita bisa tau specialty sebuah dance school dan gaya gurunya?
Stalk sosmednya abis-abisan! Pertama, stalk sosmed sekolah tarinya. Dari situ, stalk sosmed guru-guru yang di-mention sekolah tari tersebut, terutama lewat Instagram dan Youtube. Soalnya, lewat Instagram dan Youtube, lo bisa ngeliat contoh-contoh kelas si sekolah kayak apa, dan style gurunya kayak gimana.
Alhamdulillah, jaman sekarang, guru dan sekolah nari pada narsis. Sering upload video kelas ke sosmed, hihihi.
Belum puas? Stalk juga murid-murid sekolah tari tersebut! Biasanya akunnya pada di-mention, kok, di sosmed si guru atau si sekolah. Jadi lo bisa tau, level calon teman-teman sekelas lo kayak apa.
(wow, y so creepy, Laila?)
Dari hasil stalking ini, pasti lo jadi bisa mengira-ngira, kira-kira lo cocok ambil kelas di mana.
Sedikit info tambahan…
Dance classes biasanya terbagi jadi dua tipe—Open Class dan Regular/Academic Class.
Open Class adalah kelas yang biasanya HANYA mengajarkan koreografi, dan materinya nggak nyambung dari minggu ke minggu. Istilahnya, kontrak putus gitu, lah.
Jadi misalnya, lo ikut Open Class di sekolah X. Maka minggu ini, lo akan belajar sepenggal koreo Justin Bieber. Trus minggu depan, lo akan belajar sepenggal koreo Chris Brown, dan seterusnya. Karena materi belajarnya nggak kontinyu terus, elo nggak harus rutin ikut kelasnya tiap minggu. Makanya dinamakan “Open Class”.
Sebaliknya, kelas Regular atau Akademik adalah kelas yang mengajari muridnya teknik serta koreografi, dan materinya nyambuuung terus selama satu semester. Misalnya, semester ini lo belajar koreografi tari dengan lagu Formation-nya Beyonce. Maka selama 8 pertemuan berturut-turut, lo akan mempelajari koreo tersebut terus-terusan, sampai jadi satu tarian yang agak panjang.
Trus, biasanya, kelas Regular punya level (urutannya: Intro, Beginner, Intermediate, Advanced, Pro). Jadi akan ada ujian saat lo harus naik level.
Gue sendiri kurang suka ikut Open Class. Lebih suka ikut Regular Class. Alasannya, pertama, karena kalo udah daftar dan bayar ikut Regular Class, gue jadi “harus” rajin masuk kelas selama satu semester. Nggak bisa sekali-sekali aja. Daripada ketinggalan materi dan rugi duit? Cis! Jadi harus rajin masuk!
Kedua, karena gue merasa, di Regular Class, lebih banyak ilmu yang bisa gue serap.
Ketiga, karena gue nggak sanggup ikut Open Class! Asli, speed pengajaran Open Class biasanya cepeeet banget, sementara kekurangan utama gue adalah nggak bisa menangkap ajaran koreo dengan cepat (baca: lemot berat). Open Classes are usually not for beginners, anyway.
(pengakuan aib—saking lemotnya, gue sampe pernah nitip beliin vitamin pendongkrak memori, semacam ginko biloba versi kuat, dari Amerika. Dan setiap kali gue mau manggung atau ikut Open Class, vitamin ini gue minum dulu. AHAHAHA. Apakah ngaruh? Tentu tidak! *kokop vitaminnya sebotol*)
***
Begitu, deeeh! Bagi yang dari dulu hobi gremet-gremet nonton aksi-aksi dens keren di Youtube,
hope to see you in dance classes, ya.
Mpok Lela dari kru Bojong Kenyot. Sorry for the eye sore!
Berikut adalah direktori sebagian studio atau sekolah tari yang ada di Jakarta, Tangerang Selatan, Cibubur, dan Surabaya.
Karena gue lebih banyak berkecimpung di dunia tari modern, mohon maaf, gue nggak tau studio-studio tari tradisional, yaaa. Tapi beberapa sekolah tari di bawah ini juga menyediakan kelas tari tradisional, kok.
Gigi Art of Dance
Specialty: kontemporer, hiphop
www.gigiartofdance.com
Jl Radio Dalam Raya No. 191-17, Kebayoran Baru, Jakarta
021-7399739
Instagram: @gigiartofdance
www.youtube.com/user/GigiArtofDance
Indonesian Dance Theatre
Jl Patal Senayan No. 1, Blok F, Kav 197, Kebayoran Lama, Jakarta
Whatsapp: 087777693303
www.facebook.com/indonesiandancetheatre/
Instagram: @indonesiandancetheatre
Steps Dance Academy
Lokasi 1: fX Lifestyle X'nter lantai 7, Jl Jend. Sudirman, Jakarta
021-25554454
Lokasi 2: Art & Culture Edutainment Center, Lotte Shopping Avenue lantai 3F, Jl Prof Dr. Satrio Kav 3-5, Jakarta
021-2988 8640/41
stepsdanceacademy.weebly.com/
Marlupi
Specialty: balet
Cabangnya ada banyak, bisa cek sendiri di www.marlupi.com/contact_us
Forever Dance Center (Marlupi Dance Academy Jakarta Timur)
Specialty: K-pop, hiphop
Jl Pulomas Timur 2 No 116, Jakarta
021-47866343
Whatsapp: 081296420360
Instagram: @fdcenter
www.youtube.com/user/FDCenters
foreverdancecenter.com/
Kemang Dance Center
Specialty: balet
Jl Bangka Raya, Mampang Prapatan, Jakarta
021-71794726
kemangdancecenter.com/contact-us/
Namarina Dance Academy
Specialty: balet
Cabangnya ada banyak, bisa cek sendiri di www.namarina.org/
Sumber Cipta
Specialty: balet
Jl Pondok Pinang Raya / 1 , Pondok Pinang, Jakarta
021-7649467
Cabang studionya ada banyak, bisa cek sendiri di sumberciptaballet.com/schools/
P7
Specialty: hiphop
Pintu 7 Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta
08881751669 (Tommy) / 081286485789 (Windy)
Instagram: @p7crew_
Lips Dance
Specialty: fitness mbak-mbak yang dikemas dengan gaya reggaeton. Ladies only, karena style-nya anonoh berat :))) *pakein mukena atu-atu*
Lokasi 1: Jl Bangka XI No 15A, Kemang, Jakarta
Lokasi 2: Dharmawangsa Square, The City Walk lantai 2
Instagram: @lipsdance
Whatsapp: 081222107794 / 085921683883
The School of Movements
Specialty: Kontemporer, lirikal
Bintaro
081233514247 / 081808245157
www.facebook.com/theschoolofmovement
d'Posture Studio
Jl Alternatif Cibubur KM 4 Kawasan Niaga Citra Gran, Blok R6A/9, Cibubur
021-8446030/31
www.facebook.com/dposture
United Dance Works
Jl Bangka XI No.3A-1, Kemang Utara, Jakarta
021-7198821
Instagram: @uniteddanceworks
www.youtube.com/user/UnitedDanceWorks/about
O2 Dance School
Specialty: hiphop
Jl Kalimantan Blok D1/1 Sek14.4, Nusa Loka - BSD City, Tangerang Selatan
021-22356308
Instagram: @o2dance
youtu.be/iNmwzUybX-o
www.o2danceschool.com
Heavybuckstylez
Specialty: hiphop
Lokasi 1: Ruko Villa Bukit Mas RA 1-6, Surabaya Barat
Lokasi 2: Nginden Intan Selatan 49B-C, Surabaya Timur
Instagram: @heavybuckstylez
www.youtube.com/user/WeAllRepresentHBS/about
www.heavybuckstylez.com/